Selasa, 06 April 2010

Rakyat Kehilangan Peminpin Panutan

“Apa artinya memerintah sendiri kalau itu dilakukan oleh pengikut – pengikut Kapitalisme dan Imperialisme.” Soekarno.

Rakyat telah kehilangan pemimpin - pemimpin panutan yang berani mengatakan seperti itu. Para pemimpin yang berani mengatakan tidak untuk kapitalisme. Para pemimpin seperti Soekarno, Moh. Hatta dan lain – lain, yang berjuang atas nama rakyat bukan atas nama kepentingan kelompok, partai, maupun kepentingan luar negeri terutama Barat. Para pemimpin Indonesia sekarang menjadi anak buah kapitalisme. Para pemimpin yang mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok maupun partai dan melupakan kepentingan rakyat yang harta mereka dirampas oleh para koruptor.

Para pemimpin seperti Soekarno, Moh. Hatta dan lain – lain memang berasal dari zaman sebelum kemerdekaan. Tetapi, apakah kita sekarang telah lepas dari masa penjajahan?. Apakah kita telah merdeka dari para koruptor dan kapitalisme?. Rakyat rindu dengan mereka, rindu dengan suara lantang mereka melawan penjajah, rindu dengan semangat mereka yang mengutamakan rakyat. Rakyat sudah bosan dengan pemimpin lembek, yang menjadi anak manis kapitalisme, bosan dengan pemimpin yang kapitalistik, bosan dengan harta mereka yang dirampas oleh tangan – tangan kotor para koruptor.

Dahulu kita mengenal Soekarno yang kharismatik, dengan pidatonya yang membakar semangat rakyat. Soekarno yang tidak pernah mau menjadi anak buah kapitalisme, yang akan marah jika bangsanya dihina oleh negara lain, yang tidak cengeng ketika terjadi percobaan pembunuhan terhadapnya.

Soekarno dengan tegasnya menentang imperialisme dan kapitalisme, dengan lantangnya menyuarakan “ Ini dadaku, mana dadamu? Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomi, Kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi. Kalau Malaysia mau konfrontasi politik, Kita hadapi dengan konfrontasi politik. Kalau Malaysia mau konfrontasi militer, Kita hadapi dengan konfrontasi militer.” Soekarno tidak takut menghadapi Malaysia walaupun pada waktu itu masih menjadi negara boneka kapitalisme dan imperialisme Inggris. Namun sekarang apa yang terjadi. Budaya bangsa kita diakui oleh negara tetangga, kita hanya diam, bahkan lagu kebangsaan kita dihina kita juga diam. Ada apa dengan para pemimpin kita?.

Putra Sang Fajar mungkin telah pergi, telah dikalahkan oleh senjata. Namun kharismanya tetap melekat dihati rakyat.

Sebenarnya ketika SBY naik menjadi presiden, timbul harapan inilah tokoh panautan rakyat. Kinerja yang baik dengan menjadikan KPK ditakuti oleh koruptor dan menjebloskan banyak koruptor ke dalam penjara. Akan tetapi, gaya kepemimpinan yang kurang tegas membuatnya diragukan oleh rakyat. Kurang tegas dan lambatnya SBY dalam mengambil sikap mengenai kasus kriminalisasi KPK membuat masyarakat kecewa. Rakyat butuh pemimpin yang tegas, kharismatik, dan pemberani. Berani disini adalah berani dalam menentukan sikap, baik itu dengan luar negeri maupun dengan kepentingan partainya. Rakyat butuh pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat bukan kepentingan kelompok atau kepentingan luar negeri.

Poilitik Reality Show SBY sebenarnya sah – sah saja. Itu merupakan strategi yang brilian, yang jitu dalam politiknya. SBY dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam pencitraan dirinya. Akan tetapi, jangan ada rekayasa untuk masyarakat seperti yang dilakukan banyak program Reality Show sekarang ini.

Indonesia adalah negara kaya. Negara dengan begitu melimpah ruah kekayaan alamnya. Negara dengan sebagian besar kekayaannya dimiliki oleh pihak asing, pihak yang mempunyai uang yang berkuasa atas ibu pertiwi ini, yang seperti Anggodo dan Anggoro yang bisa menyuap para pejabat negeri ini. Bung Karno pernah berkata dalm pidatonya “ Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?”

Sebenarnya, besarnya angka golangan putih (golput) pada pemilu 2009 yang lalu telah mengindikasikan bahwa rakyat sudah bosan dengan janji – janji, rakyat sudah tidak percaya akan kinerja para pemimpin negara yang terlalu mementingkan partai, yang bekerja atas nama partai bukan atas nama rakyat.

Rakyat Indonesia rindu akan pemimpin yang berani menentang kapitalisme, menentang para koruptor, berani mementingkan dan mengutamakan rakyat terlebih dahulu daripada kepentingan pribadi, kelompok, partai, bahkan luar negeri. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar