Senin, 12 April 2010

Ode Penggiran Jakarta

Intip malas terang sinar mentari
Kupaksa kepala kaki berdiri
Berat mata tutup 4 jam
Dimana kutinggal rokok-ku semalam?

Jatuh bangun kuraih sendok nasib-ku
Tak berubah sejak dua tahun yang lalu
Cekung mata kurus kerontang
Kopi mie instan kulit membalut tulang

* Tapi ku (dan kau/ tapi kau)
(Jangan) tidak pernah menyerah
Pantang (diulang) jangan tadahkan tangan
Di hati semua sama tinggi
Atas bawah akan berpindah
Nyanyikan, nyanyikan saja lagi
Suara kita akan terdengar

Terjal aspal debu Kampung Melayu
Kejar metro mini napas diburu
Bergulir roda ke timur Jakarta
Jejak kaki tinggalkan banyak cerita

Wajah letih peluh penuh guratan luka
Bergulat melawan tembok hati manusia
Tak tahan beban tagihan harus terbayar
Terjatuh, limbung, bangkit, Ayo coba!

Back To *

Keruh dalam kelam sampah air Ciliwung
Rentang tangan kaki-mu pendek terkurung
Mengais iba peluh ibu kota
Tantang nasib kapan giliran tiba

Disini banyak tercecer rongsok derita
Tak sedap bau aroma, palingkan mata
Bantar Gebang, Kebon Kacang, Prumpung,
Tanah Tinggi, Priok, Kemayoran

mau download lagunya silahkan klik:
http://www.index-of-mp3.com/download-The_Brandal_-_Ode_Pinggiran_Jakarta-iw-The_Brandal_Ode_Pinggiran_Jakarta.html

Selasa, 06 April 2010

Nasib Buruh Pendidikan

Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa yang kesejahteraanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Pahlawan yang berjuang dalam pendidikan. Pahlawan yang tanpa kenal lelah memberikan ilmunya agar anak muridnya menjadi pintar.


Guru adalah tokoh yang paling berperan dalam pembentukan generasi Indonesia yang akan datang. Tanpa guru tak akan ada presiden, tanpa guru tak akan ada menteri, tanpa guru tak akan ada ilmuwan. Guru adalah Nahkoda Kapal, membimbing dan mengarahkan kapal yang akan berlabuh ke tempat tujuan.



Semua kata guru di atas tidak membedakan jasa guru yang satu dengan yang lain, Akan tetapi status yang membedakan mereka, status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Honorer yang membedakan mereka.



Padahal mungkin saja guru honorer turut andil dalam mendidik menteri, ilmuwan, maupun presiden. Ironisnya negara seakan – akan lupa dengan jasa mereka, seakan – akan tutup mata dengan nasib mereka.



Nasib guru honorer di negara kita sangat memprihatinkan. Banyak diantara mereka yang bekerja sambilan, ada yang sambil berjualan makanan, ada yang mengajar tidak di satu sekolah, ada yang menjadi tukang bakso bahkan ada yang menjadi juru parkir pinggir jalan, semua itu dilakukan agar mereka dapat mempertahankan hidup karena penghasilan mereka jauh dari cukup sebagai guru honorer.



Guru honorer ibarat buruh atau kuli pendidikan. Guru honorer dapat dipecat atau terpecat apabila sudah dikehendaki oleh satuan pendidikan terkait, baik sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), maupun sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat. Durasinya bisa diperpanjang selama memberikan kepuasan dalam tingkat pengajaran dan hal-hal lain yang tidak melanggar kode etik guru. Seperti itulah yang tertuang dalam Hak Guru Non-PNS dalam Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP). Posisi meeka sama halnya dengan buruh dalam suatu sistem ketenagakerjaan.


Gaji para guru honorer atau non-PNS sangat jauh dari kata layak. Dalam UU BHP, gaji mereka disesuaikan dengan kinerja yang dicapai, apakah memberikan kepuasan tersendiri bagi lembaga pendidikan atau tidak, termasuk dengan peningkatan prestasi belajar anak didik.



Upah guru honorer masih jauh dibawah Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK). Maupun Upah Minimum Provinsi (UMP). Padahal tugas mereka sangat berat yaitu menciptakan generasi penerus bangsa yang akan memimpin bangsa ini. Membuat mereka cerdas, baik dalam kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (SQ) maupun kecerdasan spiritual (SQ).



Betapa sulitnya guru honorer mendapat fasilitas seperti rekan – rekan guru yang sudah diangkat menjadi PNS. Padahal tidak sedikit diantara rekan – rekan mereka itu yang bekerja dengan malas- malasan.



Pemerintah seakan – akan menutup mata, telinga dan hati mereka akan nasib para guru honorer. Presiden dan menteri saja naik gaji, bagaimana dengan nasib para guru honorer?.



Para guru honorer berharap pemerintah lebih peka terhadap nasib mereka. Ada yang sudah 15 tahun bahkan lebih, mengabdi pada pendidikan tetapi tidak kunjung diangkat menjadi PNS. Mereka ingin membahagiakan keluarga mereka. Membawa keluarga mereka hidup layak atas hasil mendidik generasi penerus bangsa. Mereka ingin meraskan angin segar atas jerih payah mereka dalam mengajar. Mereka ingin status yang sama dan kehidupan yang sama dengan rekan – rekan mereka yang sudah PNS



Para guru honorer juga berharap bahwa masalah ini menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dalam dunia pendidikan. Agar tidak ada lagi seorang guru yang bekerja sambilan dengan berjualan bakso, tukang becak, juru parkei pinggir jalan dan lain sebagainya. . Tidak ada lagi status yang membedakan mereka, karena gelar guru sebagai Pahlawan tanpa tanda jasa tidak dibedakan menurut status mereka yaitu guru honorer atau PNS.

Rakyat Kehilangan Peminpin Panutan

“Apa artinya memerintah sendiri kalau itu dilakukan oleh pengikut – pengikut Kapitalisme dan Imperialisme.” Soekarno.

Rakyat telah kehilangan pemimpin - pemimpin panutan yang berani mengatakan seperti itu. Para pemimpin yang berani mengatakan tidak untuk kapitalisme. Para pemimpin seperti Soekarno, Moh. Hatta dan lain – lain, yang berjuang atas nama rakyat bukan atas nama kepentingan kelompok, partai, maupun kepentingan luar negeri terutama Barat. Para pemimpin Indonesia sekarang menjadi anak buah kapitalisme. Para pemimpin yang mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok maupun partai dan melupakan kepentingan rakyat yang harta mereka dirampas oleh para koruptor.

Para pemimpin seperti Soekarno, Moh. Hatta dan lain – lain memang berasal dari zaman sebelum kemerdekaan. Tetapi, apakah kita sekarang telah lepas dari masa penjajahan?. Apakah kita telah merdeka dari para koruptor dan kapitalisme?. Rakyat rindu dengan mereka, rindu dengan suara lantang mereka melawan penjajah, rindu dengan semangat mereka yang mengutamakan rakyat. Rakyat sudah bosan dengan pemimpin lembek, yang menjadi anak manis kapitalisme, bosan dengan pemimpin yang kapitalistik, bosan dengan harta mereka yang dirampas oleh tangan – tangan kotor para koruptor.

Dahulu kita mengenal Soekarno yang kharismatik, dengan pidatonya yang membakar semangat rakyat. Soekarno yang tidak pernah mau menjadi anak buah kapitalisme, yang akan marah jika bangsanya dihina oleh negara lain, yang tidak cengeng ketika terjadi percobaan pembunuhan terhadapnya.

Soekarno dengan tegasnya menentang imperialisme dan kapitalisme, dengan lantangnya menyuarakan “ Ini dadaku, mana dadamu? Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomi, Kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi. Kalau Malaysia mau konfrontasi politik, Kita hadapi dengan konfrontasi politik. Kalau Malaysia mau konfrontasi militer, Kita hadapi dengan konfrontasi militer.” Soekarno tidak takut menghadapi Malaysia walaupun pada waktu itu masih menjadi negara boneka kapitalisme dan imperialisme Inggris. Namun sekarang apa yang terjadi. Budaya bangsa kita diakui oleh negara tetangga, kita hanya diam, bahkan lagu kebangsaan kita dihina kita juga diam. Ada apa dengan para pemimpin kita?.

Putra Sang Fajar mungkin telah pergi, telah dikalahkan oleh senjata. Namun kharismanya tetap melekat dihati rakyat.

Sebenarnya ketika SBY naik menjadi presiden, timbul harapan inilah tokoh panautan rakyat. Kinerja yang baik dengan menjadikan KPK ditakuti oleh koruptor dan menjebloskan banyak koruptor ke dalam penjara. Akan tetapi, gaya kepemimpinan yang kurang tegas membuatnya diragukan oleh rakyat. Kurang tegas dan lambatnya SBY dalam mengambil sikap mengenai kasus kriminalisasi KPK membuat masyarakat kecewa. Rakyat butuh pemimpin yang tegas, kharismatik, dan pemberani. Berani disini adalah berani dalam menentukan sikap, baik itu dengan luar negeri maupun dengan kepentingan partainya. Rakyat butuh pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat bukan kepentingan kelompok atau kepentingan luar negeri.

Poilitik Reality Show SBY sebenarnya sah – sah saja. Itu merupakan strategi yang brilian, yang jitu dalam politiknya. SBY dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam pencitraan dirinya. Akan tetapi, jangan ada rekayasa untuk masyarakat seperti yang dilakukan banyak program Reality Show sekarang ini.

Indonesia adalah negara kaya. Negara dengan begitu melimpah ruah kekayaan alamnya. Negara dengan sebagian besar kekayaannya dimiliki oleh pihak asing, pihak yang mempunyai uang yang berkuasa atas ibu pertiwi ini, yang seperti Anggodo dan Anggoro yang bisa menyuap para pejabat negeri ini. Bung Karno pernah berkata dalm pidatonya “ Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?”

Sebenarnya, besarnya angka golangan putih (golput) pada pemilu 2009 yang lalu telah mengindikasikan bahwa rakyat sudah bosan dengan janji – janji, rakyat sudah tidak percaya akan kinerja para pemimpin negara yang terlalu mementingkan partai, yang bekerja atas nama partai bukan atas nama rakyat.

Rakyat Indonesia rindu akan pemimpin yang berani menentang kapitalisme, menentang para koruptor, berani mementingkan dan mengutamakan rakyat terlebih dahulu daripada kepentingan pribadi, kelompok, partai, bahkan luar negeri. .